MAKALAH MENJADI GURU ROFESIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi, yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut guru dituntut membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Karena motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan belajar dengan sungguh-sungguh.
Untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik, setiap guru sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya. Guru juga sebaiknya mampu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Saat ini kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat. Kita sebagai seorang pendidik, dituntut untuk semakin kreatif dalam mengembangkan atau menyajikan materi ajar kita kepada siswa atau peserta didik. Sehingga hasil dari proses yang kita kembangkan membuat peserta didik kita siap menghadapi tantangan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini. Seperti yang kita tahu, untuk memperoleh pengetahuan itu, tidak harus mendapatkannya di bangku sekolah saja atau dengan kata lain ilmu dapat kita peroleh dari mana saja, terutama lewat lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu, pemahaman tersebut harus dapat kita tanamkan pada setiap peserta didik kita agar pengetahuan yang mereka peroleh tidak hanya sebatas pengetahuan dari sekolah saja.
Kita sebagai pendidik juga dapat menanamkan pemahaman kepada peserta didik kita untuk belajar mandiri dengan maupun tanpa bimbingan dari guru. Peserta didik harus mampu mengembangkan kemampuan yang diperoleh dari lingkungannya untuk menemukan suatu konsep dalam pembelajaran. Selain itu peserta didik juga harus terbiasa dengan pemahaman untuk belajar berlangsung seumur hidup mereka.
Tugas guru paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukan bahwa diatara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukan alasan yang mendasari asumsi itu keliru asumsi tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehinga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Guru itu seorang profesional, tapi masih banyak guru enggan membuat persiapan secara benar. Akibatnya, pembelajaran di kelas berlangsung seadanya dan tanpa arah. Salah satu ciri keprofesionalan seorang guru adalah menyusun perencanaan pembelajaran secara benar. Dengan persiapan yang terencana baik, maka hasil pembelajaran siswa dapat menggembirakan semua komponen pembelajaran.
Persiapan mengajar itu ibarat skenario dalam film. Tidak akan ada film yang baik dan enak ditonton tanpa skenario yang baik. Begitu pula, tidak akan ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar. Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu system, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan menggangu seluruh system tersebut.Untuk lebih lengkapnya kan kami bahas dalam maklah kami yang berjudul “Menjadi Guru Profesional”.

B.     Rumusan masalah

Sesuai dengan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.      Apa sajakah kesalahan yang sering dilakukan guru ?
2.      Bagaimanakah peran guru dalam pembelajaran ?
3.      Bagaimanakah cara menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan ?

C.     Tujuan

Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk :
1.      Untuk mengetahui apa saja kesalahanyang sering dilakukan oleh guru,
2.      Untuk memahami bagaimana peran guru dalam pembelajaran, dan
3.      Untuk dapat menciptakan suasana belajar yang kreatif dan menyenangkan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tujuh Kesalahan Guru yang Sering Dilakukan Guru

1.      Mengambil Jalan Pintas dalam Pembelajaran

Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukkan bahwa di antara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut sering kali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Guru harus menyadari bahwa mengajar memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjukkan pada kenyataan bahwa mengajar di sekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, karena itu guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau kedewasaan. Aspek psikologis menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga menuntut materi yang berbeda pula. Demikian halnya kondisi peserta didik, kompetensi, dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri mengandung variasi, seperti belajar menghapal, belajar keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap, dan seterusnya (Gagne,1984). Perbedaan tersebut menuntun model mengajar yang berbeda, sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh para guru yang menuntun berbagai proseur didaktis, berbagai cara pengelompokkan peserta didik dan beraneka ragam media pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus menentukan secara tepat jenis belajar yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai. Kondisi eksternal yang harus diciptakan oleh guru menunjukkan variasi juga dan tidak sama antara jenis belajar yang satu dengan yang lain, meskipun ada pula kondisi yang paling dominan dalam segala jenis belajar. Dengan demikian, guru harus memiliki pengetahuan yang cukup luas  mengenai jenis-jenis belajar yang ada dan kondisi-kondisi internal peserta didik, serta kondisi eksternal yang mempengaruhinya.
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal.
Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyataannya, dengan berbagai alasan, banyak guru yang mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketika mau melakukan pembelajaran, sehingga guru  mengajar tanpa persiapan. Mengajar tanpa persiapan, selain merugikan guru sebagai tenaga profesional juga akan sangat mengganggu perkembangan peserta didik. Banyak perilaku guru yang negatif dan menghambat perkembangan peserta didik yang diakibatkan oleh perilaku guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran.
Sebenarnya para guru menyadari bahwa persiapan memiliki peran penting dalam pembelajaran. Namun masih banyak guru yang tidak membuat persiapan mengajar, khususnya persiapan menulis. Ada kalanya guru membuat persiapan mengajar tertulis hanya untuk memenuhi tuntutan administratif, atau disuruh oleh kepala sekolah karena ada pengawasan ke sekolahannya. Mungkin anda pernah mendengar kepala sekolah menyerukan agar guru-guru membuat persiapan mengajar karena mau ada pengawas atau penilaian di sekolahannya. Sungguh suatu kekeliruan yang sangat besar, karena sesungguhnya persiapan mengajar suatu persiapan yang dibuat oleh guru untuk melakukan pembelajaran, bukan untuk disuguhkan kepada pengawas.
Agar tidak tergiur mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah satu komponennya terganggu,  maka akan mengganggu seluruh komponen tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan perkembagan zaman.

2.      Menunggu Peserta Didik Berperilaku Negatif

Dalam pembelajaran di kelas, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didk yang semuanya ingin diperhatikan. Peserta didik akan berkembang secara optimal melalui perhatian guru yang positif dan sebaliknya perhatian yang negatif akan menghambat perkembangan peserta didik. Mereka senang bila mendapat pujian dari guru, dan merasa kecewa bila kurang diperhatikan atau diabaikan. Namun sayang, kebanyakan guru terperangkap dengan pemahaman yang keliru tentang mengajar., mereka menganggap mengajar adalah menyampaikan materi kepada peserta didik.. Tidak sedikit guru yang sering mengabaikan perkembangan kepribadian peserta didik, serta lupa memberikan pujian  kepada mereka yang berbuat baik dan tidak membuat masalah. Biasanya guru memberikan perhatian kepada peserta didik ketika ribut, tidak memperhatikan,  atau mengantuk di kelas. Kondisi tersebut membuat peserta didik  beranggapan bahwa jika mendapat perhatian  oleh guru, mereka harus membuat ribut atau gaduh,berbuat salah atau indisiplin lainnya. Seringkali terjadi perkelahian antar pelajar hanya karena kurang mendapat perhatian, sehingga meluapkannya  melalui perhatian. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kebanyakan peserta didik tidak tahu cara yang tepat untuk mendapatkan perhatian guru, orang tua dan masyarakat sekitarnya, tetapi mereka tahu bagaimana caranya membuat keributan dan perkelahian, kemudian ini yang mereka gunakan untuk mendapatkan perhatian guru.
Guru perlu belajar untuk menangkap perilaku positif yang ditunjukkan oleh pesera didik, lalu memberi hadiah serta memberi perhatian dan pujian. Kedengarannya sederhana, tetapi memerlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk tetap mencari dan memberi hadiah atas perilaku-perilaku positif  peserta didik, baik secara kelompok maupun individual.
Dalam kegiatan pembelajaran, khususnya dalam mengerjakan tugas-tugas yang harus dilakukan di luar kelas, seringkali peserta didik tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan yang memadai untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka.
Disisi lain, guru harus memperhatikan perilaku-perilaku peserta didik yang negatif, dan mengeliminasi perilaku-perilaku tersebut agar tidak terulang kembali. Guru bisa mencontohkan berbagai perilaku peserta didik yang negatif, misaknya melalui ceritera atau ilustrasi, dan memberikan pujian kepada mereka karena tidak melakukan perilaku negatif tersebut. Sekali lagi, jangan menunggu peserta didik berperilaku negatif.

3.      Menggunakan Destructive Discipline

Akhir-akhir ini banyak perilaku negatif yang dilakukan oleh para peserta didik bahkan melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar tata tertib, melanggar moral agama, kriminal, dan telah membawa akibat yang sangat merugikan masyarakat. Demikian halnya dalam pembelajaran, guru akan menghadapi situasi-situasi yang menuntut mereka harus melakukan disiplin.
            Seperti alat pendidikan lain, jika guru tidak memiliki rencana tindakan yang benar, maka dapat meakukan kesalahan yang tidak perlu. Seringkali guru memerikan hukuman kepada pesera didik tanpa melihat latar belakang kesalahan yang dilakukannya, tidak jarang guru yang memberikan hukuman melampaui batas kewajaran pendidikan (malleducatif), dan banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai dengan jenis kesalahan. Dalam pada itu, seringkali guru memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik di luar kelas (pekerjaan rumah), namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan peserta didik dan mengembalikannya dengan berbagai komentar, kritik dan saran untuk kemajuan peserta didik. Yang sering dialami peserta didik adalah bahwa guru sering memberikan tugas, tetapi tidak pernah memerikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan. Tindakan tersebut merupakan upaya pembelajaran dan penegakan disiplin yang destruktif (destrucive discipline), yang sangat merugikan perkembangan peserta didik. Bahkan tidak jarang tindakan destructive discipline yang dilakukan oleh guru menimbulkan masalah yang sangat fatal, yang tidak saja mengancam perkembangan peserta didik, tetapi juga mengancam keselamatan guru. Di Jawa Timur, pernah ada kasus seorang peserta didik mau membunuh gurunya dengan seutas tali rapia, hanya gara-gara gurunya memberikan coretan-coretan dengan tinta merah pada hasil ulangan.
Kesalahan – kesalahan seperti diuraikan di atas dapat mengakinatkan upaya penegakkan disiplin menjadi kurang efektif, dan merusak kepribadian serta harga diri peserta didik. Agar anda tidak melakukan kesalahan-kesalahan dalam melakukan disiplin, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a.       Disiplinkan peserta didik ketika anda dalam keadaan tenag.
b.      Gunakan disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran.
c.       Hindari disiplin secara tepat waktu dan tepat sasaran.
d.      Hindari menghina dan mengejek peserta didik.
e.       Pilihlah hukuman yang bisa dilaksanakan secara tepat.
f.        Gunakan disiplin sebagai alat pembelajaran.
Untuk kepentingan tersebut, guru harus mengarahkan apa yang baik, serta menjadi contoh, sabar dan penuh pengertian.

4.      Mengabaiakan Perbedaan Peserta Didik

Kesalahan berikutnya yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah mengabaikan perbedaan individu peserta didik. Kita tahu bahwa setiap peserta didik memiliki perbedaan individual sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang social ekonomi dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreatifitas, intelegensi dan kompetensinya. Guru seharusnya dapat mengidentifikasi perbedaan individual peserta didik, dan menetapkan karakteristik umum yang menjadi ciki kelasnya dari ciri-ciri individual yang menjadi karakteristik umumlah seharusnya guru memulai pembelajaran. Dalam hal ini, guru juga harus memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus disarankan kembali.
Seorang peserta didik yang aktif secara fisik mungkin bias didorong untuk mengeksplorasikan dirinya melalui kegiatan olahraga. Jika seorang peserta didik memperlihatkan minatnya terhadap musik, maka carilah berbagai cara untuk mendorongnya agar minatnya bis aberkembang secara optimal, demikian halnya anak-anak yang memiliki kecerdasar di atas normal perlu diberi perhatian secara khusus.
Sehubungan dengan uraian di atas, aspek-aspek peserta didk yang perlu dipahami guru anatara lain: kemampuan, potensi, minat, kebiasaan, hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatannya di sekolah. Aspek-aspek tersebut dapat dipelajari dari laporan dan catatan sekolah, informasi dari peserta didik lain (teman dekat), observasi langsung dalam situasi kelas dan dalam berbagai kegiatan lain diluar kelas, serta informasi dari peserta didik itu sendiri, berdasarkan hasil wawancara, percakapan dan autobiograpi.

5.      Merasa Paling Pandai

Kesalahan lain yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran adalah merasa paling pandai di kelasnya. Kesalahan ini berangkat dari kondisi bahwa pada umumnya para peserta didik di sekolah usianya relatif lebih muda dari gurunya, sehingga gurunya merasa bahwa peserta didik tersebut lebih bodoh disbanding dirinya, peserta didik dipandang sebagai gelas yang perlu diisi air kedalamnya. Perasaan ini sangat menyesatkan, karena dalam kondisi seperti sekarang ini peserta didik dapat belajarmelalui internet dan berbagai media massa, yang mungkin guru belum menikmatinya. Hal ini terjadi terutama di kota-kota, ketika peserta didik dating dari keluarga kaya yang dirumahnya memiliki berbagai sarana dan prasarana belajar yang lengkap, serta berlangganan Koran dan majalah yang mungkin lebih dari satu edisi, sementara guru belum memilikinya. Dengan demikian. Dalam hal tertentu mungkin saja peserta didik yang belajar lebih pandai dari gurunya. Jika ini benar terjadi, maka guru harus demokratis untuk bersedia belajar kembali, bahkan belajar dari peserta didik sekalipun, atau saling membelajarkan. Dalam hal ini guru harus menjadi pembelajaran seoanjang hayat, yang senantiasa menyesuaiakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Jika tidak, maka akan ketinggalan keret, bahkan akan disebut guru ortodok.

6.      Tidak Adil (Diskriminatif)

Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara adil dan merata (tidak diskriminatif), sehingga mereka dapat mengembangkan petensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dalam pembelajaran, dan hak peserta didik untuk memperolehnya. Dalam perakteknya banyak guru yang tidak adil, sehingga merugikan perkembangan peserta didik, dan ini merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru, terutama dalam penilaian. Penilaian merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik sesuai dengan usaha yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memberikan penilaian harus dilakukan secara adil, dan benar-benar merupakan cermin dari perilaku peserta didik. Namun demikian, dalam pelaksanaannyatidak sedikit guru yang menyalahgunakan penilaian, misalnya sebagai ajang untuk balas dendam, atau bahkan sebagai ajang untuk menyalurkan kasing saying di luar tanggungjawabnya sebagai guru. Mari kita amati syair-syair yang ada pada lagu berikut:
Ketika aku masih sekolah
Ku punya guru sangatlah muda
Orangnya baik selalu padaku
Apa sebabnya aku tak tahu

Kawan-kawanku tahu semua
Aku bukanlah anak yang pandai
Tapi mereka heran padaku
Nilai raportku baik selalu

Akhirnya kawan-kawanku tahu
Pak guru itu cinta padaku
Sebagai guru, tentu saja harus mampu menghindarkan hal-hal yang dapat merugikan perkembangan peserta didik. Tidak ada yang melarang seorang guru “mencintai” peserta didiknya, tetapi bagaimana menempatkan cintanya secara proporsional, dan jangan mencampuradukkan antara urusan pribadi dengan urusan professional. Usaha yang dapat dilakukan untuk menghindarinya antara lain dengan cara menyimpan “perasaan” sampai peserta didik yang dicintai menyelesaikan program pendidikannya, tentu saja harus ikhlas dan jangan takut diambi orang.

7.      Memaksa Hak Peserta Didik

Memaksa hak peserta didik merupakan kesalahan yang sering dilakukan guru sebagai akibat dari kebiasaan guru berbisnis dalam pembelajaran, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan. Guru boleh saja memiliki pekerjaan sampingan, memperoleh penghasilan tambahan, itu sudah menjadi haknya, tetapi tindakan merasakan bahkan mewajibkan peserta didik untuk membeli buku tertentu sangat patal serta kurang bias digugu dan ditiru. Sebatas menawarkan boleh saja, tetapi kalau memaksa kasihan bagi orang tua yang tidak mampu. Kondisi semacam ini seringkali membuat prustasi peserta didik.
Ada cerita lucu dari guru yang suka berbisnis di sekolah sebagai berikut. Suatu ketika seorang peserta didik sekolah menengah pertama (SMP) di sebuah kota besar tertangkap oleh polisi karena ketahuan suka menjual sabu-sabu, dan pil eksotan (narkoba) kepada teman-temannya. Kemudian peserta didik tersebut ditanya oleh polisi, “kenapa sampai berbisnis barang haram?” Dengan seenaknya ia menjawab bahwa “berbisnis barang haram untuk memenuhi kepentingan sekolah, membeli buku dan alat-alat pelajaran yang seringkali dipaksakan oleh gru, dengan jumlah yang cukup besar.” Anehnya ketika diperiksa air seninya ternyata negative, artinya peserta didik tersebut tidak termasuk pemakai barang haram yang dijualnya. Polisipun penasaran dan kemudian bertanya lagi:” mengapa tidak berbisnis barang lain?” dengan seenaknya pula peserta didik menjawab, bahwa barang lain yang kan sudah banyak yang menjualbelikannya, ibu saya jual ember, bapak saya jual barang elektronik, tetangga saya jual beras, guru saya jualan buku, bagian saya tinggal barang ini Pak katanya.ceritera ini berlanjut ketika ia telah berada di dalam tahanan, ditanya oleh teman satu sel yang intinya,” kenapa anak sekolah harus terjerumus berjualan narkoba.” Dengan tenang peserta didik tersebut menjawab.”saya sedang praktek mata pelajaran kewirausahaan”. Kata guru:” Belajar itu akan lebih bermakna san tersimpan lama dalam ingatan, kalau apa-apa yang dipelajari segera dipraktekkan.
Konon oknum peserta didik tersebut terbiasa ke luar masuk penjara, karena prustasi dikeluarkan dari sekolah, menjadi pengangguran dan dicemoohkan oelh masyarakat, akhirnya ia masuk ke dunia hitam dengan seluruh kehidupannya. Akhirnya ceritera, ia harus menjalani hukuman mati, dan ketka ia ditanya oleh hakim:”apa permintaan terakhirmu sebelum menjalani eksekusi?” Dengan tenang peserta didik tersebut menjawab: Saya rela menjalani semua ini, tetapi tolong guru saya diberi tahu agar jangan memaksa peserta didik untuk membeli buku, terutama bagi yang tidak mampu seperti saya,”saya begini awalnya karena guru yang mengajarinya, dan saya meniru serta mempraktekkan apa yang dia lakukan di sekolah.
Cerita di atas menunjukkan betapa bahayanya seorang guru yang suka berbisnis,dengan memaksa peserta didik untuk membeli buku dan alat-alat pelajaran. Tidak ada salahnya guru mengambil keuntungan dari penjualan buku dan alat-alat pelajaran kepada peserta didik, tetapi hendaknya memahami situasi dan kondisi social ekonomi peserta didik, agar tidak terjadi akabat fatal bagi tumbuhkembangnya peribadi mereka. Biar mereka ceria dan berkembang sesuai dengan potensinya. Jangan ganggu, dan jangan paksa mereka untuk mengikuti irama tertentu. Bimbinglah mereka menjadi mereka sendiri. Lihatlah petani bunga yang dengan sabar menyirami dan memberikan pupuk agar bunganya tumbuh dan berkembang secara optimal, merke tidak pernah memaksa menarik-narik daun dan  batangnya agar cepat besar.

B.     Peran Guru dalam Pembelajaran

Semua orang yakin bahwa Guru adalah seseorang yang memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan sampai saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan ananknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang  secara optimal.
Membelajarkan manusia tidak cukup hanya dengan sekedar menceriterakan informasi atau menjelaskan beberapa konsep atau mendemonstratsikan kemahiran penguasaan mengenai topik-topik penting. Lebih dari itu, pembelajaran adalah proses yang dirancang untuk membantu peserta didik belajar tentang apa yang harus dipelajarinya. Tentu saja manakala guru membantu peserta didik, maka guru tidak terlepas dari proses berceritera (ceramah), menjelaskan dan mendemonstrasikan, tetapi perlu diingat bahwa guru melakukan tugas-tugas tersebut sebagai cara untuk mencapai tujuan. Perlu sekali dipahami oleh para pendidik dan calon pendidik bahwa kesuksesan sebagai pendidik profesional dapat dideterminasi dengan melihat berapa baik peserta didiknya mengikuti proses pembelajaran dan seberapa baik kualitas hasil belajar yang didapatkan dari kegiatan belajaran.
Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara peserta didik yang satu dan yang lainnya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Guru memiliki jasa yang sangat besar dalam membantu perkembangan para peserta  didik, mereka memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk keperibadian anak , guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia, serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran dengan memberikan kemudahan  belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional, dan menyenagkan. Oleh karena itu guru harus memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
Pendidik atau guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2005 disebutkan bahwa guru adalah profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan fonnal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Mulyasa (2007) menyatakan semua orang meyakini bahwa guru memiliki andil cukup besar dalam keberhasilan pembelajaran di sekolah dan penentuan kualilas pendidikan secara umum. Oleh karena itu, guru harus berusaha dan berperan serta secara aktif dan profesional sehingga dapat membantu peserta didik untuk berkembang menjadi sumber daya manusia yang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat serta menjawab tantangan kompetisi dalam skala global.
Guru dapat dikatakan sebagai pemegang kunci upaya peningkatan kualitas pendidikan dan hasil belajar peserta didik. Agar dapat melaksanakan pembelajaran secara konsisten berdasarkan teori-teori tentang belajar dan pembelajaran, maka guru terus mengembangkan kemampuan dan keterampilannya secara berkesinambungan. Bagi guru, makna pembelajaran tentu tidak sekedar mempelajari apa yang akan dipelajari oleh peserta didiknya tetapi lebih dari itu, guru perlu mempelajari infomiasi dan teknologi yang bersitat mutakhir dalam bidang pendidikan termasukhasil-hasilpenelitian dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Dalam era globalisasi sekarang ini, guru tidak lagi hanya berperan semata-mata sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan dan keterampilan, melainkan harus mampu menjadi fasilitator dan pembimbing bagi peserta didik. Dengan demikian guru masa kini dan masa depan dituntut untuk berperan sebagai fasilitatator bagi peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan, dan sikap-sikap positif dalam menghadapi segala bentuk persoalan riil kehidupan. Sehubungan dengan hal ini, maka dikatakan bahwa guru memiliki peran yang unik dan bersifat kompleks dalam usaha mengantarkan peserta didik untuk mencapai cita-citanya. Oleh karena itu, guru harus merancang pembelajaran demi kepentingan peserta didik, dan bukan kepentingan guru itu sendiri.

C.     Tugas Pokok Guru dalam Pembelajaran

Tugas seorang guru meliputi mendidik, membelajarkan, dan melatih peserta didik melalui proses pembelajaran yang sistematis dan terencana. Tugas mendidik berarti bahwa guru membantu peserta didik untuk mengembangkan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan dan masa depan peserta didik sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Tugas membelajarkan berarti bahwa guru bertugas untuk memfasilitasi dan memberikan peluang untuk belajar dengan merancang suasana yang kondusif dan mendukung proses belajar peserta didik. Sedangkan tugas melatih berkaitan dengan upaya membantu peseta didik dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ber­kaitan dengan kebutuhan hidupnya.
Dalam PP No. 19 pasal 18 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru harus memberikan keteladanan kepada peserta didik. Dalam hal ini guru bertugas untuk 1) merencanakan pembelajaran, 2) melaksanakan proses pembelajaran, dan 3) menilai hasil dan proses pembelajaran.

1.      Merencanakan Pembelajaran

Pada tahap ini guru harus benar-benar mempersiapkan segala perangkat dan strategi pembelajaran yang akan dilakukan. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam hal merencanakan pembelajaran yaitu:
a.     Merumuskan tujuan pembelajaran dalam bentuk indikator pencapaian kompetensi. Indikator-indikator yang dikembangkan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan dengan lingkungan belajar di sekolah. Dalam hal ini, guru dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam merancang pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.
b.    Merancang model asesmen dan alat evaluasi. Asesmen yang diterapkan untuk pembelajaran sains tidak hanya dalam bentuk tes tulis {paper and pencil test) tetapi guru perlu juga mengembangkan model asesmen alternatif seperti portofolio dan proyek dari peserta didik. Adapun evaluasi bisa berupa evaluasi formatif (untuk memperbaiki pembelajaran) dan evaluasi sumatif (untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik).
c.     Memilih materi pelajaran yang esensial. Pemilihan materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan atau kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik. Dalam hal ini, guru harus mampu menganalisis karakteristik materi pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.
d.    Berdasarkan karakterisktik materi pelajaran maka guru kemudian memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik. Pada tahap ini guru akan menentukan pendekatan, model, metode dan media pembelajaran.

2.      Melaksanakan Proses Pembelajaran.

Mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dirancang secara matang dan operasional, selanjutnya guru melaksanakan pem­belajaran. Pola komunikasi dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung disebut interakasi. Suatu kegiatan pembelajaran dapat melibatkan beberapa pola interaksi. Interaksi merupakan pola komunikasi yang direncanakan oleh guru umuk mencapai tujuan pembel­ajaran. Pola interaksi di kelas dapat terjadi satu arah, dua arah dan multi arah. Bila interaksi kelas didominasi oleh penyajian informasi oleh guru, maka interaksi dikategorikan berlangsung searah atau dua arah.

Gambar 8.1. Pola interaksi pembelajaran yang didominasi oleh peran guru.

Jika guru menyajikan materidibantu dengan media dan metode pembelajaran yang bervariasi dan pengorganisasian peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil, maka interaksi pembelajaran dapat berlangsung multi arah. Dalam kegiatan pembelajaran dengan pola interaksi seperti ini guru lebih cenderung berperan sebagai pembimbing dan fasilitator bagi proses belajar peserta didik.
Guru & media
Kelompok peserta didik                    Kelompok peserta didik

Gambar 8. 2. Pola interaksi di mana guru berperan sebagai fasilitator Pembelajaran.
Perlu diperlihatkan bahwa pola pembelajaran yang direncanakan oleh guru, harus relevan dengan tujuan, materi dan metode pelaksanaan pembelajaran yang dipilih. Masih banyak pola-pola interaksi atau komunikasi pembelajaran yang dapat dirancang dan diterapkan oleh guru. Cobalah Anda cari model-model interaksi kelas dari buku teks dan sumber-sumber bacaan yang lain.

3.      Megevaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran

Melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar peserta didik merupakan bagian penting lain dari tugas guru. Merancang alat evaluasi merupakan langkah yang tidak terpisahkan dalam perencanaan pembelajaran. Melalui evaluasi yang benar guru akan dapat menentukan keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Alat evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan/indikator harus telah dirancang pada saat persiapan.
Evaluasi yang dilakukan bisa berupa evaluasi proses pembelajaran atau pun evaluasi hasil belajar. Evaluasi proses belajar dapat dilakukan melalui portofolio peserta didik. Fortopolio adalah suatu bentuk evalutsi alternatif yang menggambarkan upaya peserta didik dalam memahami materi pelajaran atau pun proses latihan menguasai suatu keterampilan. Di samping itu, evaluasi juga dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan, dapat dilakukan sebelum, pada saat, dan setelah proses pembelajaran. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses, pelaksanaan proses, dan penilaian hasil pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dalam masa yang akan datang, kedudukan sebagai tenaga profesional harus dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Dalam hal ini, guru harus menyadari betul bahwa peranannya sangat penting untuk mengantarkan peserta didiknya menjadi orang dewasa yang mandiri dan nemiliki keterampilan yang utuh sesuai dengan bakat dan minatnya. Perubahan yang terjadi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan peran guru dalam proses pembelajaran menjadi cukup kritis. Seiring dengan hal tersebut, maka guru harus dapat memposisikan diri sebagai:
a.           Orang tua bagi peserta didik di sekolah.
b.          Pembimbing danteman dalam  proses perkembangan  psikismaupun fisik peserta didik.
c.           Fasilitator yang selalu siap membantu kebutuhan perkembangan potensi peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
d.          Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab
e.           Mengembnangkan kreatifitas
f.            Menjadi pembantu jika diperlukan
g.          Pemberi saran dan nasihat kepada orangtua peserta didik dalam rangka membantu peserta didik menghadapi persoalan terkait dengan aktivitas belajarnya.
h.          Pendamping bagi peserta didik dalam proses sosialisasi yang wajar antar sesama peserta didik atau dengan warga sekolah lainnya.
Untuk memenuhi tuntutan diatas, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebaga ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi serta peserta didik. Berikut adalah peran guru dalam pembelajaran
A.    Nara Sumber
Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Gurudikategorikan baik jika dia menguasai dengan baik segala sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran yang diajarkannya dan sebaliknya seorang guru yang kurang menguasai materi pelajarannya dikatakan sebagai guru yang kurang baik. Dalam hal ini, guru juga harus dapat berperan sebagai bagian dari sumber informasi bagi proses belajar peserta didik. Sebagai sumber informasi, guru dituntut agar memiliki wawasan yang luas terkait dengan materi pelajaran yang diajarkannya. Oleh karena itu, seorang guru yang profesional harus mau dan mampu belajar terus dan harus dapat memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar untuk memperjelas informasi yang disampaikan kepada peserta didik.
Berperannya guru sebagai sumber informasi porsinya sangat tergantung pada tingkatan pendidikan. Pada jenjang Sekolah Dasar guru hampir sepenuhnya bertindak sebagai sumber informasi. Sedangkan pada tingkatan kelas dan tingkatan pendidikan yang lebih tinggi, maka peran guru sebagai sumber infomiasi ini semakin berkurang. Pada pembelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam peserta didik dapat langsung melihat fenomena alam, sehingga guru IPA harus dapat memanfaatkan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan dan harus memiliki pengetahuan dan wawasan keilmuan yang dibutuhkan oleh peserta didik. Peran guru sebagai sumber belajar sangat penting dan berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut.
·         Guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dari peserta didik. Dalam perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, bisa saja ada peserta didik lebih "pintar'" dari guru dalam hal penguasaan informasi. Oleh sebab itu, agar guru tidak ketinggalan perkembangan informasi dan teknologi, sebaiknya guru harus mengakses sumber informasi lebih banyak dibandingkan peserta didik. Kegiatan yang perlu dilakukan guru dalam kaitan dengan persiapan materi pembelajaran antara lain ialah melacak bahan-bahan pembelajaran dari internet dan bahan cetak terbitan paling mutakhir, atau berbagai informasi dari media masa.
·         Guru dapat menunjukkan sumber belajar bagi peserta didik yang memiliki kecepatan belajar yang berbeda dengan peserta didik yang lain. Peserta didik yang mampu belajar lebih cepat perlu diberikan perlakuan khusus, misalnya dengan memberikan bahan pengayaan dengan menunjukkan sumber belajar yang berkenaan dengan materi pelajaran.
·         Guru perlu melakukan pemetaan materi pelajaran, misalnya dengan menentukan mana materi inti yang wajib dipelajari peserta didik dan mana materi yang harus diingat kembali karena pernah di bahas dan lain sebagainya. Malalui pemetaan semacam ini akan memudahkan guru dalam melaksanakan perannya sebagai sumber belajar.
B.     Guru Manajer atau Pengelola Pembelajaran
Guru berperan sebagai manajer atau pengelola lingkungan belajar. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan belajar yang harus dikelola dan menjadi tanggung jawab guru tidak hanya meliputi ruang kelas atau laboratorium dengan batas-batasnya berupa dinding kaku. Alam sekitar termasuk masyarakat yang hidup di sekitar peserta didik juga merupakan lingkungan belajar yang harus dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai sumber belajar. Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru harus berusaha untuk menciptakan iklim belajar yang memungkinkan seluruh peserta didik dapat belajar dengan optimal.
Salah satu kecenderungan yang sering dilupakan oleh guru ialah bahwa hakikat pembelajaran adalah proses belajar peserta didik dan bukan proses mengajar guru. Dalam hubungannya dengan pengelolaan pembelajaran, menurut Alvin Eurich ada beberapa prinsip belajar yang harus diperhatikan guru yakni:
1)      Peserta didik harus difasilitasi untuk mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya sendiri.
2)      Setiap peserta didik yang belajar memiliki kecepatan dan potensi individual.
3)      Seorang peserta didik yang diberikan reinforcement akan belajar lebih banyak.
4)      Peserta didik akan lebih termotivasi apabila diberi tanggung jawab.
5)      Belajar secara keseluruhan akan lebih berarti.
Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran, ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan yaitu megelola sumber balajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer atau pengelola kegiatan pembelajaran, guru memiliki 4 fungsi umum, yaitu: 1) merancang tujuan belajar, 2) mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar, 3) memimpin, memotivasi, mendorong dan menstimulasi peserta didik agar belajar, 4) mengawasi segala sesuatu. apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan. Walaupun keempat fungsi itu merupakan kegiatan yang terpisah, namun keempatnya harus dipandang sebagai suatu lingkaran atau siklus kegiatan yang berhubungan satu sama lain seperti yang terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Saling Keterkaitan antar Fungsi Guru sebagai Manajer

Fungsi merencanakan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer. Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaandi antaranya meliputi memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menulis silabus kegiatan pembelajaran, menentukan topik-topik yang akan dipelajari, mengalokasikan waktu serta menentukan sumber-sumber yang diperlukan. Melalui fungsi perencanaan ini, guru berusaha menjembatani jurang antara dimana murid berada dan kemana mereka harus pergi. Keputusan semacam ini menuntut kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif, serta meliputi sejumlah besar kegiatan yang pada hakikatnya tidak teratur dan tidak berstruktur.
Fungsi mengorganisasikan melibatkan penciptaan secara sengajasuatu lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan program pendidikan yang telah direncanakan. Pengorganisasian, dan pengaturan sumber belajar hanyalah alat atau sarana saja untuk mencapai apa yang harus diselesaikan. Tujuan akhirnya adalah membuat agar peserta didik dapat bekerja dan belajar bersama-sama. Harus diingat, bahwa pengorganisasian yang efektif hanya dapat diciptakan manakala peserta didik dapat belajar secara individual karena pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai adalah peserta didik secara individual walaupun pengajaran dilaksanakan secara klasikal. Keputusan yang berhubungan dengan pengorganisasian ini memerlukan pengertian mendalam dan perhatian terhadap peserta didik secara individual.
Fungsi memimpin atau mengarahkan adalah fungsi yang lebih bersifat pribadi yang melibatkan gaya tertentu. Tugas memimpin ini adalah berhubungan dengan membimbing, mendorong, dan mengawasi peserta didik sehinggga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan akhirnya adalah untuk membangkitkan motivasi dari mendorong peserta didik sehingga mereka berlatih bertanggungjawab untuk belajar mandiri.
Fungsi mengawasi bertujuan untuk mengusahakan peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan pengambilan keputusan yang terstruktur, walaupun proses tersebut mungkin sangat kompleks, khususnya bila guru mengadakan kegiatan remidial.
C.    Fasilitator Pembelajaran
Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran berarti bahwa guru harus dapat memfasilitasi interaksi belajar antar peserta didik. Di samping itu guru juga dapat memberikan berbagai fasilitaslainnya yang diperlukan oleh peserta didik, antara lain berupa alat bantu atau media pembelajaran yang menunjang, serta melengkapi fasilitas yang diperlukan untuk terjadinya pembelajaran yang optimal. Sebagai contoh, seorang guru bidang IPA yang merencanakan untuk memberikan pengalaman praktikum bagi peserta didik. Agar kegiatan praktikum dapat berjalan dengan baik, maka guru harus menyiapkan fasilitas penunjang untuk keberlangsungan kegiatan eksperimen.
Sebelum memulai proses pembelajaran guru yang baik akan bertanya pada diri sendiri tentang bagaimana cara menyajikan pelajaran yang efektif? Hal ini memang penting dilakukan karena melalui usaha yang sungguh-sungguh guru ingin agar proses pembelajaran berlangsung aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) seghingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Namun demikian, pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran cenderung berorientasi pada guru (teacher centered). Oleh sebab itu. akan lebih baik jika pada saat merencanakan pembelajaran, guru memikirkan tentang bagaimana cara peserta didik akan belajar, misalnya apa yang harus dilakukan agar peserta didik aktif dan senang dalam proses belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Inilah hakikat sesungguhnya dari peran fasilitator dalam proses pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus dipahami sehubungan dengan peran guru sebagai fasilitator, khususnya tentang pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran.
1.      Guru perlu mengetahui jenis dan fungsi media pembelajaran. Pengetahuan dan pemahaman tentang hal tersebut sangat diperlukan karena penggunaan media akan bermanfaat jika sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Suatu media belum tentu cocok digunakan untuk menyajikan semua bahan pelajaran. Setiap jenis media pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda.
2.      Guru perlu memiliki keterampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yang profesional. Perancangan dan pemanfaatan media yang relevan, akan dapat memudahkan proses pembelajaran dan membantu tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.
3.      Guru harus mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar. Guru yang memiliki kompetensi profesional harus mampu beradaptasi dengan perkembangan informasi dan teknologi yang pesat memungkinkan guru dapat menggunakan berbagai pilihan media pembelajaran.
4.      Guru harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan    peserta didik. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan peserta didik menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
D.    Guru Sebagai Pembimbing Peserta
Peserta didik adalah makhluk yang unik, memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. Meskipun secara fisik mungkin ada peserta didik yang mempunyai kemiripan, tetapi pada hakikatnya mesti berbeda dalam hal bakat, minat, kemampuan akademik, kemampuan sosial dan sebagainya. Di samping itu setiap individu peserta didik juga adalah manusia yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kedewasaan. Meskipun usianya relatif sama, irama perkembangan antar individu tentu tidak sama persis. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus dapat berperan sebagai pembimbing. Guru harus mampu membimbing mereka agar dapat: 1) mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidupnya, 2) membimbing peserta didik agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, 3) membimbing peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia mandiri.
Agar guru dapat berperan sebagai pembimbing yang baik, maka guru harus memiliki: 1) Pemahaman tentang peserta didik yang dibimbingnya, misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat peserta didik. Pemahaman ini sangat penting artinya, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka; 2) Pemahaman dan keterampilan merencanakan tujuan dan proses pembelajaran. Proses bimbingan akan dapat dilakukan dengan baik apabila guru telah merencanakan hendak di bawa ke mana peserta didik, apa yang harus dilakukan. Untuk merumuskan tujuan yang sesuai guru harus memahami segala sesuatu yang berhubungan baik dengan sistem nilai masyarakat maupun dengan kondisi psikologis dan fisiologis peserta didik. Kesemuanya itu terkandung dalam kurikulum sebagai pedoman dalam merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki. Di samping itu, guru harus mampu merencanakan dan mengimplementasikan proses pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara penuh. Proses membimbing adalah proses memberikan bantuan kepada peserta didik. Oleh karena itu, hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah peseta didik itu sendiri.
E.     Demonstrator Keterampilan
Peran guru sebagai demonstrator dapat berati bahwa guru adalah model bagi peserta didik khususnya dalam melakukan suatu keterampilan yang harus dipelajari oleh peserta didik. Guru harus berperan untuk menunjukkan kepada peserta didik segala sesuatu yang dapat membuat peserta didik lcbih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator yaitu: 1) guru harus menunjukkan sikap-sikap yang terpuji, karena dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal peserta didik. Dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap peserta didik; 2) scbagai demonstrator guru harus dapat nenunjukkan bagaimana caranya agar semua materi pelajaran dapat lebih dipahami dan dihayati oleh setiap peserta didik.

D.    Peran Guru dalam Pembelajaran

1.      Guru sebagai pendidik

Guru dalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki stadar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab;  guru harus mengetahui serta memahami nilai, norma, moral, dan social, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertangung jawab atas segala tindakannya dalam pembelajarannya di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.
Berkaitan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan  intelektual dalam pribadinya, serta pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
Berkaitan dengan disiplin; dimaksudkan guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran professional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penanaman disiplin dimulai dari diri sendiri dalam berbagai perilakunya dan tindakan.

2.      Guru sebgai pengajar

Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran yang merupakan tugas dan tanggung jawab yang utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.
Berkembangnya teknologi, khususnya teknologi informmasi yang begitu pesat perkembangannya, belum mampu menggantikan peran dan fungsi guru, hanya sedikit menggeser dan mengubah fungsinya. Itupun terjadi di kota-kota besar saja, ketika para peserta didik memiliki berbagai sumber belajar di rumahnya.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal ini dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga yang relatif murah, kecuali atas ulah guru. Disamping itu, peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber seperti radio, TV, video pembelajaran, bahkan melalui internet. Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas utama guru yang disebut “mengajar”.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, tingkat kemampuan, kebebasan, rasa aman dan keterampilan seorang guru pengajar dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatika oleh seorang guru yang bertugas sebagai pengajar di dalam kelas.
a.       Membuat ilustrasi
Pada dasarnya, ilustrasi menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.
b.      Mendefinisikan
Meletakkan sesuatu yang dipelajarisecara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihandan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.
c.       Menganalisis
Membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian, sebagaimana orang mengatakan:”cuts the learning into chewable bites”.
d.      Mensintesis
Mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memilki arti, hubungan bagian antara yang satu dengan yang lain Nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhungan denngan keseluruhan yang lebih besar..
e.       Bertanya
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar apa yang dipelajjari menjadi lebih jelas.
f.        Merespon
Menaggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik.
g.      Mendengarkan
Memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan Nampak jelas, baik guru maupun peserta didik.
h.      Menciptakan kepercayaan
Peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalm pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
i.        Memberikan pandangan yang bervariasi
Melihat bahwa yang dipelajari dari berbagai sudut pandang dan masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
j.        Menyediakan media untuk mengkaji materi standar
Membutuhkan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan kompetensi peserta didik.
k.      Menyesuaikan `metode pembelajaran
Dengan Menyesuaikan `metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan
Peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan materi yang sesuai yang telah dipelajari.
l.        Memberikan nada perasaan
Membuat pembelajaran yang lebih bermakna dan hidup melalui antusias dan semangat.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari standar. Sebagai pengajar, guru harus memiliki tujuan yang jelas dalam membuat keputusan yang rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang dituntut oleh pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya hubungan positif antara guru dan peserta didik

3.      Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkatkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannyta bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Perjalanan disini menyangkut fisik, emosional, mental , moral, kreatifitas dan spiritual. Sebagai pembimbing guru harus merumuskan tujuan yang jelas, menetapkan waktu perjalanan, penunjuk arah dan lain sebagainya. Itu semua dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan, karena guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang drencanakan dan dilaksanakan.
Istilah perjalanan adalah suatu roses pembelajaran, baik dalam maupun luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Setiap perjalanan tentu memiliki tujuan. Keinginan, kebutuhan , dan bahkan naluri manusia menuntut adanya suatu tujuan. Sehingga, guru sebagai pembimbing  guru memerlukan kompetensi  yang tinggi utuk melaksanakn empat hal berikut.
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Untuk merumuskan tujuan, guru perlu melihat dan memahami seluruh aspek proses pembelajaran. Sebagai contoh, kualitas hidup seseorang sangat bergantung pada kemampuan membaca dan menyatakan pikiran-pikiran yang jelas.
Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan peserta didik melaksanakan kegiatan belajar dengan jasmaniah dan secara psikologisnya. Dengan kata lain, guru membimbing peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan.
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini harus  dilakukan untuk memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar.
Keempat,guru harus melaksanakan penilaian.`dalam hal ini guru diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
Bagaimana keadaan peserta didik dalam pembelajaran?
Bagaimana peserta didik membentuk kompetensi?
Bagaimana peserta didik dalam mencapai tujuan serta alasannya mengapa?
Apa yang dilakukan di masa yang akan datang agar pembelajaran menjadi suatu perjalanan yang lebih baik?
Apakah peserta didik dilibatkan dalam menilai kemampuan dan keberhasilan sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya sendiri.
 Seluruh aspek prtanyaan tersebut merupakan kegiatan penilaian dalam pembelajaran.

4.      Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik motoric maupun intelektual, sehingga menuntut guru untuk bertintak sebagai pelatih. Tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan kurang mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih dan membentuk  kompetensi dasar peserta didik sesuai dengan potensi masing-masing. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pelatihan adalah kompetensi dasar, materi standar, perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tau, meskipun tidak mencakup semua hal.
Pelaksanaan fungsi pelatihan tidak harus mengalahkan fungsi yang lain, ia tetap sadar bahwa walaupun tahu, tidak harus memberitahukan semua yang diketahuinya. Secara didaktis, guru menciptakan situasi agar peserta didik berusaha menemukan sendiri apa yang seharusnya diketahui. Guru harus menahan emosinya untuk menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya, sehingga kewenagan yang dimilikinya tidak membunuh kreativitas peserta didik.

5.      Guru sebagai penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.  Banyak orang cenderung menggangap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur hidup orang. Oleh karena itu, mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan bahkan mungkin menyarankan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri.
Agar guru dapat menydari perannya sebagai orang kepercayaan, dan penasehat secara lebih  mendalam, ia harus memahami psikologi keperibadian dan ilmu kesehatan mental. Di antara makhluk hidup di planet ini, manusia merupakan makhluk yang unik, dan sifat-sifatnya pun berkembang secara unik pula. Menjadi apa dia, sangat dipengaruhi pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Untuk menjadi manusia dewasa, manusia harus belajar dari lingkunagan selama hidup dengan menggunakan kekuatan dan kelemahannya. Pendekatan psikologis dan mental health di atas akan banyak menolong guru dalam menjalankan funsinya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia banyak membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan sendiri.

6.      Guru Bebagai  Pembaharu (Innovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya denggan pengalaman orang tua memiliki arti yang lebih banyak daripada nenek kita. Seorang pesertadidik yang belajar sekarang , secara psikologis berda jauh dari  pengalaman manusia yang harus dipahami, di cerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik jika tidak, maka hal ini dapat mengambil  bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya. Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana cara menjembataninya secara efektif. Jadi yang menjadi dasar adalah pikiran-pikiran tersebut, dan cara yang dipergunakan umtuk mengekspresikan dibentuk oleh corak waktu ketika cara-cara tadi dipergunakan. Bahasa memang  merupakan alat untuk berfikir, melalui pengamatan yang  di lakukan dan menyusun kata-kata serta menyimpan dalam otak, terjadilah pemahaman sebagai hasil belajar. Hal tersebut selalu mengalami perubahan dalam setiap generasi, dan perubahan yang dilakukan melalui pendidikan akan memberikan hasil yang positif.
Unsur yang hebat dari manusia adalah kemampuannya untuk belajar  dari pengalaman  orang lain. Kita menyadari bahwa manusia normal dapat menerima pendidikan, dengan memiliki kesempatan yang  cukup, ia dapat mengambil  bagian dari pengalaman yang bertahun-tahun,  proses belajar  serta prestasi manusia dan mewujudkan yang terbaik dalam suatu kepribadian yang unik dalam jangka waktu tertentu. Manusia tidak terbatas pada pengalaman  pribadinya, melainkan dapat mewujudkan  penglaman  dari semua waktu dan dari setiap kebudayaan . dengan demikian, ia dapat berdiri bebas pada saat terbaiknya, dan guru yang tidak sensitif adalah buta akan arti kompetensi profesional. Kemampuan manusia yang unik ini harus  di kembangkan sehingga memberikan arti penting terhadap kinerja guru.
Prinsip modernisasi tidak  hanya  diwujudkan dalam  bentuk buku- buku sebagai alat utama pendidikan, melainkan dalam semua rekaman tentang pengalaman manusia. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini kedalam  istilah atau bahasa modern yang akan diterima oleh  peserta didik. Pada kenyataanya , semua pikiran manusia harus di kemukakan kembali di setiap  generasi oleh para guru yang tentu saja dengan sebagai  perbedaan yang di miliki secara individual, termasuk siapa saja  yang berminat untuk menulis. Memang dalam beberapa hal berlaku apa yang dikatakan  oleh para pendeta kuno “There is nothing news under the sun” (tidak ada barang baru di bawah matahari), tetapi guru dan penulis bisa berbesar hati berdasar kenyataan bahwa pikiran-pikiran atau dalil-dalil lama dapat diletakkan  dalam  model baru, pakaian  baru dan dalam proses ini semuannya akan tampak baru. Sekurang-kurangnya menjadi baru  bagi  peserta didik, dan bagi para pendengar. Oleh karena itu, sebagai jembatan antara generasi tua dan generasi muda, yang juga sebagai penerjemah  penglaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.

7.      Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta  didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk di tentang, apalagi ditolak. Keprihatinan  kerendahan, kemalasan dan rasa takut, secara terpisah ataupun bersama-sama bisa menyebabkann seorang berfikir atau berkata “jika saya harus menjadi teladan atau dipertimbangkan untuk menjadi model, maka pembelajaran bukanlah pekerjaan yang tepat bagi saya. Saya tidak cukup baik untuk diteladani, disamping saya sendiri ingin bebas untuk menjadi diri sendiri dan untuk selamanya tidak ingin menjadi teladan bagi orang lain. Jika peserta didik harus memiliki model, biarkanlah  mereka menemukannya dimanapun. Alasan tersebut tidak dapat di mengerti, mungkin dalam hal tertentu dapat di terima tetapi mengabaikan atau menolak aspek fundamental dari sifat pembelajaran. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut di pahami dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan sehingga dengan keterampilan dan kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran.
Sebagai teladan , tentu saja pribadi dan apa yang di lakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya  sebagai guru sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para guru.
a.       Sikap dasar: postur psikologis yang akan nampak  dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, penbelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan, permaian dan diri.
b.      Bicara dab gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berpikir
c.       Kebiasaan bekerja: gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.
d.      Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.
e.       Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
f.        Hubungan kemanusiaan: di wujudkan dalam semua pergaulan mausia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku.
g.      Proses berpikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
h.      perilaku neuritis: suatu pertahanan yang di pergunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.
i.        Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
j.        keputusan: keterampilan rasional dan inturtif yang dipergunakan untuk menilai setiap setuasi.
k.      kesehatan: kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup
l.        Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.
Apa yang diterapkan di atas hanyalah ilustrasi, para guru dapat menambah aspek-aspek tingkah laku lain yamg sering muncul dalam kehidupan bersama peserta didik. Hal ini untuk menegaskan berbagai cara pada contoh-contoh yang diekspresikan oleh guru sendiri dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari.
Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan. Memang setiap profesi mempunyai tuntutan-tuntutan khusus , dan karenanya bisa menolak berarti menolak profesi itu. Pertanyaan yang timbul adalah apakah guru harus menjadi  teladan yang baik di dalam melaksanakan tugasnya maupun harus bisa menjadi teladan di kedua posisi itu, tetapi jangan sampai hal tersebut menjadikan guru tidak memiliki kebebasan sama sekali. Dalam batas-batas tertentu , sebagai manusia biasa tentu saja guru memiliki berbagai kelemahan , dan kekurangan.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah model yang di berikan oleh guru harus di tiru sepenuhnya oleh peserta didik ? perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi setiap peserta didik harus berani mangembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Akhirnya tetapi bukan terakhir dalam pembahasannya, haruskah guru menunjukkan teladan terbaik, moral yang sempurna ? alangkah beratnya pertanyaan ini. Kembali seperti dikatakan dimuka , kita menyadari bahwa guru tetap manusia biasa yang tidak lepas dari kemungkinan khilaf. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang di inginkan dengan apa yang ada pada dirinya. Kemudian ia menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan perlu di ikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

8.      Guru Sebagai Pribadi

Sebagai individu berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Ungkapan yang dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakaan tugas dan bertempat tinggal.  Secara nasional nilai-nilai tersebut sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum terwadahi dan harus dikenal oleh  guru, agar dapat melestarikannya, dan berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut  sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum terwadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya, dan berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut. Jika ada nilai bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat dia menyikapi hal tersebut, sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Untuk kepentingan tersebut, wawasan nasional mutlak diperlukan dalam pembelajaran.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai temparamen yang berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya  minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan ini membelokkan konsentrasi peserta didik.
Kemarahan guru terungkap dalam kata-kata yang dikeluarkan, dalam raut muka dan mungkin dengan gerakan-gerakan tertentu, bahkan ada yang dilahirkan dalam bentuk memberikan hukuman fisik. Sebagian kemarahan bernilai negatif, dan sebagian lagi bernilai positif. kemarahan yang berlebihan seharusnya tidak ditampakkan, karena menunjukkan kelebihan emosi guru. Dilihat dari penyebabnya sering nampak bahwa kemarahan adalah salah karena ternyata disebabkan oleh peserta didik yang tidak mampu memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan, padahal dia telah belajar dengan sungguh-sungguh. Kematangan emosi guru akan berkembang sejalan dengan pengalaman bekerja, selama dia mau memanfaatkan penagalamannya. Jadi tidak sekedar jumlah umur atau masa kerjanya saja yang bertambah, melainkan bertambahnya kemampuan memecahkan masalah atas dasar pengalaman masa lalu.
Sebagai pribadi yang hidup di tengah-rengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya,  antara lain kegiatan olah raga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
Jika dimasyarakat, guru diamati dan dinilai oleh masyarakat, maka disekolah diamati oleh peserta didik, dan oleh teman sejawat serta atasannya. Dalam kesempatan tertentu sejumlah peserta didik membicarakan kebaikan gurunya, tetapi dalam situasi lain mereka membicarakan kekurangannya. Ada baiknya jika guru sering minta pendapat teman sejawat atau peserta didik tentang penampilannya sehari-hari, baik di dalam maupun diluar kelas, segera memanfaatkan pendapat yang telah diterima dalam upaya mengubah atau memperbaiki penampilan tertentuyang kurang tepat.
Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk mengefektifkan proses pembelajaran adalah bahwa semua manusia (peserta didik) dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan, dan mereka semua memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Misalkan kita memberikan mainan kepada seorang bayi, perhatikan bagaimana asyiknya ia memainkan mainannya, menggerak-gerakkan seluruh bagian tubuhnya sebagai reaksi terhadap mainan tersebut, memutar dengan tangan, mengigit atau memasukkan mainan tersebut ke mulutnya bahkan sekali-sekali ia melemparkannya. Kesemuanya itu di lakukan karena rasa ingin tahunya terhadap mainan.
Belajar dari pengalaman tersebut, dalam pembelajaran pada kondisinya tidak jauh berbeda, peserta didik memiliki rasa ingin tahu, dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu, tugas guru yang paling utama adalah bagaimana membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik agar tumbuh minat dan motivasinya untuk belajar.
Untuk kepentingan tersebut perlu di kondisikan lingkumgan yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu peserta didik sehingga proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa prestasi belajar peserta didik padaakhir-akhir ini cenderung rendah? Mengapa banyak yang membolos? Lebih dari itu mengapa banyak yang memilih main di mall, atau berkelahi dari pada belajar ? maka jawabannya sederhana saja karena mereka tidak merasa senang belajar, karena tidak ada rasa ingin tahu dan rasa ingin belajar di kalangan pesrta didik. Mengapa hal tersebut bisa terjadi ? karena para guru  tidak mencipatakan iklim pembelajaran yang kondusif. Disinyalir dan didukung oleh beberapa hasil penelitian bahwa kebanyakan guru hanya menyampaikan bahan sesuai dengan urutan-urutan dan ruang lingkup yang ada dalam buku teks ini yang harus diubah. Masalahnya sekarang bagaimana mengubah persepsi dan pola pikir guru terhadap tugas pokoknya mengajar, bahwa mengajar bukan semata-mata menyampaikan bahan sesuai urutan teks, tetapi yang paling penting bagaimana memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik sehingga bangkit rasa ingin tahunya dan terjadilah proses belajar yang tenang dan menyenangkan.

9.      Guru Sebagai Peneliti

Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu, guru adalah seorang pencari atau peneliti. Dia tidak tahu dan dia tahu bahwa dia tidak tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan subyek pembelajaran. Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia berusaha mencarinya melalui kegiatan penelitian. Usaha mencari Sesutu itu adalah mencari kebenaran, seperti seorang ahli filsafat yang senantiasa mencari, menemukan dan mengemukakan kebenaran.
Tentang kebenaran ini, Plato perrnah mengungkapkan: “wise, I may not call them, for that is great name which belongs to God alone-lovers of wisdom or philosphers is their modest and be fitting title”.
Kebutuhan untuk mengetahui merupakan kebutuhan semua manusia. Dalam diri orang tua ia menjadi lebih sistematis, lebih terarahkan, mengekspresiakan dirinya secara khusus sebagaimana potensi atau dalam penyelidikan yang lebih umum dari para ilmuan, penyair dan peramal. Bagi remaja, usaha untuk mengetahui bersifat umum dan tidak dilakukan dengan baik,  sedangkan pada anak merupakan hal yang alami. Sebagai peneliti, guru tidak berpura-pura mencari sesuatu, karena hal itu merupakan pekerjaannya yang lain, berbeda dengan yang di lakukan oleh anak-anak.
Menyadari akan kekurangannya, guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Bagaimana menemukan apa yang tidak diketahuinya ? sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.

10.  Guru Sebagai Pendorong Kreativitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri asfek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat proses pendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam memahami peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secar rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang.

11.  Guru Sebagai Pembangkit Pandangan

            Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mmberikan dan memelihara pandandang tentang keagungan kepada peserta didiknya. Mengemban fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik disegala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelola dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini. Guru tau bahwa iya tidak dapat membangkitkan pandangan tentang kebesaran kepada peserta didik jika ia sndiri tidak memilikinya. Oleh karena itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang hakekat manusia dan setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran Allah yang menciptakannya.
            Pandangan tentang manusia dipengaruhi pengetahuan tentang sejarah manusia itu. Banyak pemikir yang telah mengekspresikan gagasannya tentang manusia, sikap dan kepercayaan manusia, sehingga beda pandangan orang tentang manusia, mengakibatkan perbedaan perlakuan. Kita tahu ada satu masa ketika terdapat perbudakan dan kita tahu pula munculnya perlawanan terhadap perbudakan manusia. Manusi itu sendiri merupakan bagian dari sejarah, yang didalamnya terdapat perkembangan pikiran tentang manusia, misalnya dari blum mengenal Tuhan sampai mengenal Tuhan disertai dengan segala bentuk perilaku yang menunjukkan kepercayaannya. Dalam kaitan ini, kita tidak  lupa akan peranan para utusan Tuhan untuk membuat manusia mengenal Tuhannya, dan salah akibatnya adalah berubahnya terhadap manusia shingga terjadi usaha-usaha pembebasan manusiam dari perbudakan.
            Melalui contoh- contoh para pemikir dan pejuang martabat manusia di mata manusia yang lain, guru akan mampu menanamkan pandangan yang positif terhadap martabat manusia ke dalam pribadi peserta didik. Kita tidak ingin peserta didik menjadi orang yang akan memperbudak orang lain, melainkan menjadi orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, sehingga terjadi kehidupan bermasyarakat yang sejahtera lahir bathin.

12.  Guru Sebagai  Pekerja Rutin

            Guru bekerja dengan keterampilan, dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya. Di samping itu, jika kegiatan rutin tersebut tidak disukai, bisa merusak dan mengubah sikap umumnya terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus membuat persiapan tertulis, jika guru membeci atau tidak menyenangi tugas ini maka akan merusak keefektifan pembelajaran.
            Sebagian besar kegiatan manusia dalam suatu masyarakat yang kompleks merupakan suatu hal yang rutin. Pekerjaan rutin memang banyak dibenci, baik oleh orang dewasa maupun anak-anak; namun setiap profesi dan bahkan setiap aspek kehidupan manusia memerlukan keterampilan rutin yang harus dikuasai dan dikerjakan secara teratur, termasuk dalam pembelajaran. Sedikitnya terdapat 17 (tujuh belas) kegiatan rutin yang sering dikerjakan guru dalam pembelajaran di setiap tingkat, yaitu:
a.       Berkerja tepat waktu baik diawal maupun diakhir pembelajaran.
b.      Membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja, ketepatan dan jadwal waktu.
c.       Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.
d.      Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab.
e.       Mengatur jadwal, kegiatan harian,mingguan, semesteran dan tahunan.
f.        Mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan  kelompok termasuk diskusi.
g.      Menetapkan jadwal kerja peserta didik.
h.      Mengadakan pertemuan dengan orang tua dan dengan pesrta didik.
i.        Mengatur tempat duduk peserta didik.
j.        Mencatat kehadiran peserta didik.
k.      Memahami peserta didik.
l.        Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan dan media pembelajaran.
m.    Menghadiri pertemuan dengan guru, orang tua peserta didik dan alumni.
n.      Menciptakan iklim kelas yang konduksif.
o.      Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.
p.      Merencanakan program khusus dalam pembelajaran, misalnya karyawisata.
q.      Menasehati peserta didik.
Iklim belajar menentukan situasi pembelajaran yang produktif dan kreatif, dan bergantung pada derajat kemahiran serta gaya kegiatan rutin tersebut dilaksanakan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kegiatan rutin yang diterima oleh semua pihak merupakan syarat yang diperlukan bagi kebebasan, pemahaman dan kreativitas. Tanpa adanya kegiatan rutin, tidak terdapat kekuatan atau kesempatan untuk mencoba alternatif kegiatan sebagai hal pokok dari kebebasan, pemahaman, yang mendalam dan kreativitas.

13.  Memberi Penguatan

Verbal, dan non verbal, dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian seperti bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian. Sedangkan secara non verbal dapat dilakukan dengan: gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan yang menyenangkan. Penguatan bertujuan untuk :
1.      Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran.
2.      Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
3.      Meningkatkankegiatan belajar, dan membina kegiatan yang berproduktif.
Penguatan dapat ditunjukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok tertentu, dan kepada kelas secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya penguatan harus dilakukan dengan segera, dan bervariasi. Sehubung dengan itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam member penguatan :
1.      Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh.
2.      Penguatan yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai dengan kompetensi yang diberi penguatan.
3.      Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta didik.
4.      Penguat harus dilakukan segera setelah suatu kompetensi ditampilkan.
5.      Penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.

14.  Guru Sebagai Pemindah Kemah

            Hidup ini selalu berubah, dan guru dalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan, dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan meninggikannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Untuk menjalankan fungsi ini guru harus memahami mana yang tidak bermanfaat dan barangkali membahayakan perkembangan peserta didik, dan memahami mana yang bermanfaat.
            Guru dan peserta didik bekerja sama mempelajari cara baru, dan meninggalkan kepribadian yang telah membantunya mencapai tujuan dan menggantinya sesuai dengan tuntutan masa kini. Proses ini menjadi suatu transaksi bagi guru dan peserta didik dalam pembelajaran.
Dalam setiap aspek, perkembangan kepribadian memiliki ciri khusus sehubungan dengan tuntutan kenyataan yang efektif dilihat dari segi waktu dan tempat. Ketika terjadi perubahan tuntutan terhadap cara berperilaku, peserta didik dan guru harus segera menyesuaikan dan memenuhi tuntutan baru, serta meninggalkan kebiasaan lama yang tidak lagi membantu pemenuhan kebutuhan. Mereka berharap dapat memasuki dunia baru yang memerlukan ide, kebiasaan dan keterampilan baru, dengan tetap memelihara cara lama yang memuaskan dan masih sesuai. Dalam hal ini sebaikanya guru jangan meninggalkan peserta didik memilih cara baru yang belum terlatih penggunaanya.
Memang proses meninggalkan cara lama dan langsung mengambil yang baru merupakan sesuatu yang halus dan kompleks. Bukanlah karena yang lama jelek, melainkan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dalam kurun waktu dan tempat tertentu, dan pernah menjadi sesuatu yang baik, serta telah memberikan bantuan dalam usaha memenuhi kebutuhan pribadi. Dalam hal ini, kepribadian terbentuk melalui cara-cara berikut :
(1) perilaku yang bersangkutan dalam merespon lingkungan hidup untuk memenuhi kebutuhannya; (2) secara berangsur-angsur atau sekaligus, baik kebutuhan maupun lingkungan berubah; (3) respon-respon terdahulu dikembangkan agar menjadi lebih efektif, tetapi sering berubah menjadi kurang efektif dan bahkan membahayakan; (4) kepribadian senantiasa mewujudkan semua cara yang telah digunakan dalam masa lampau; (5) semua pola perilaku tetap bekerja untuk menemukan kebutuhan dan tuntutan-tuntutan; (6) dibawah semua tekanan, kepribadian berkembang menjadi gaya hidup, suatu cara menghadapi masalah kehidupan termasuk dirinya sendiri; (7) gaya hidup ini cenderung mengkristal dari waktu ke waktu dan oleh karenanya kepribadian menjadi lebih kakuatau tidak luwes.
Pendidikan yang baik dan guru yang efektif berusaha memikirkan perkembangan kepribadian peserta didik dan kehidupan,tetapi guru pun adalah pribadi, dan merupakan bagian dari proses pendidikan. sebagai suatu lembaga, pendidikan seringkali mengarah pada kristalisasi yang mempertahankan apa yang telah ada, dibanding memikirkan pertumbuhan anak dan kehidupan.
Banyak hal yang bisa dilakukan guru untuk memelihara pertumbuhan kepribadian. Pertama, bisa menjadi orang yang siap dengan pengertian, seperti konflik antara keinginan untuk tetap dan untuk berubah, serta menyadari dan tidak menyadari. Kedua, berusaha keras untuk memberikan pengalaman yang luas, sehingga memungkinkan peserta didik menilai keberadaanya sehubungan dengan pengalamannya. Ketiga, guru juga sebagai “swinger” yang berpindah dari satu posisi ke posisi lain, khususnya dalam ide. Fungsi demikian terjadi dalam pembelajaran ketika peserta didik telah berhasil memecahkan suatu masalah, dan berpindah ke masalah yang lain. Dalam hal ini, guru juga adalah pembelajar tetap dari drama perkembangan manusia, dengan banyak membaca, melakukan observasi terhadap pengalaman sendiri untuk mencapai pemahaman tentang kehidupan. Dalam hal ini, peran guru adalah memberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan dan mengajarkan kebenaran bahwa perjalanan lebih penting daripada tujuan, dan proses lebih berati daripada hasil akhir.

15.  Guru Sebagai Pembawa Cerita

Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri, dan menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaan itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya, dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal-usulnya. Ia benar-benar ingin tahu tentang awal keberadaanya; serta ingin tahu kapan,bagaimana dan mengapa ia terjadi di dunia ini. Semua itu diperoleh melalui cerita.
Cerita berlangsung secara lisan hingga mencapai era kristalisasi kata-kata yang tertulis, telah memberikan keberhasilan generasi dan generasi berikutnya, serta dengan kesabaran melengkapi manusia dengan catatan tentang pewarisnya. Dalam hal ini, perpustakaaan yang besar telah menjadi monumen yang hebat bagi pikiran manusia, kekayaan yang ditinggalkan manusia sedunia telah berada dalam buku-buku, halaman, garis-garis, yang menyimpan kata-kata tertulis. Menjadi kewajiban manusia untuk mengembangkan luasnya kehidupan kedalam ide-ide dan membiarkan mereka hidup kembali, walaupun bagaikan bunga-bunga dipadang pasir, terbaengkalai untuk sementara waktu, tetapi untuk sampai pada saat kehidupan baru mereka disuburkan oleh hujan, salju dan matahari.
Guru dengan menggunakan suaranya, memperbaiki kehidupan melalui puisi dan berbagai cerita tentang manusia. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia, dan ia berharap bisa menjadi pembawa cerita yang baik.
Manusia tertarik terhadap apa saja yang mengingatkanya kepada dirinya sendiri. Ketika seseorang melihat dirinya sendiri pada cermin, ia merasa benar-benar terpikat perhatiannya oleh apa yang dilihatnya, ia diam, dan memanfaatkan cara ini untuk memikirkan apa yang dilihat.
Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa  mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka, belajar untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membandingkan dengan apa yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di masa lalu. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang. Sebagai pendengar, peserta didik dapat mengidentifikasi watak-watak perilaku yang ada dalam cerita, dapat secara objektif menganalisis, menilai manusia, kejadian-kejadian dan pikiran-pikiran.
Salah satu karakteristik pembawa cerita yang baik adalah mengetahui bagaimana menggunakan pengalaman dan gagasan para pendengarnya, sehingga mampu menggunakan kejadian dimasa lalu untuk menginterpretasikan kejadian sekarang dan yangakan datang. Jadi guru diharapkan mampu membawa peserta didik mengikuti jalannya cerita dengan berusaha membuat peserta didik memiliki pandangan yang rasional terhadap sesuatu.
Pembawa cerita yang baik mengandalkan kemampuan dan menyadari keterbatasan fisiknya agar mampu mendapatkan keefektifan yang maksimal. Ia memahami kemampuan suaranya dan tahu bagaimana menggunakannya, mampu memvariasikan irama dan volume suara, memilih waktu pelompatan cerita, mengolah ide yang diperlukan, serta menggunakan kata-kata secara tepat dan jelas.

16.  Guru Sebagai Aktor

            Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para penonton tertawa, mengikuti dengan sungguh-sungguh, dan bisa pula menangis terbawa oleh penampilan sang aktor. Untul bisa berperang sesuai dengan tuntutan naskah, dia harus menganalilis dan melihat kemampuannya sendiri, persiapannya, memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek-aspek baru dari setiap penampilan, mempergunakan pakaian, tata rias sebagaimana yang diminta, dan kondisinya sendiri untuk menghadapi ketegangan emosionalnya dari malam ke malam serta mekanisme fisik yang harus ditampilkan.
            Sang aktor harus siap mental terhadap pernyataan senang dan tidak senang dari para penonton dan kritik yang diberikan oleh media massa. Emosi harus dikuasia karena kalau seseorang mencintai atau membeci sesuatau yang berlaku tidak objektif, perilkunya menjadi distorsi dan tak terkontrol. Ringkasnya, untuk menjadi aktor yang mampu membuat para penonton bisa menikmati penampilannya serta memahami pesan yang disampaikan, diperlukan persiapan, baik pikiraan, perasaan maupun latihan fisik.
Setiap individu memiliki banyak peran untuk dimainkan dalam kehidupan sehari -hari, tapi kebanyakan menolak anggapan bahwa guru adalah seorang aktor. Untuk mengajar, guru harus memiliki gagasan dan pengalaman, serta harus menyadari bahwa orang lainpun berkesempatan untuk memilikinya. Untuk dapat mentransfer gagasan, ia harus mengembangkan pengetahuan yang telah dikumpulkan serta mengembangkan kemampuan untuk mengkomunikasikan pengetahuan. Kemapuan berkomunikasi merupakan suatu seni atau keterampilan ynag dikenal dengan mengajar.
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransfer, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarannya, dan merencanakan kembali perkejaannya sehingga dapat terkontrol. Untuk melakukan hal ini ia mempelajari semua hal yang berhubungan dengan tugasnya, sehingga bekerja secara efektif.
 Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang aktor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar. Demikianlah, guru memiliki kemampuan menunjukkan penampilannya didepan kelas.
Guru harus menguasai materi standar dalam bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, memperbaiki ketranpilan, dan menggembangkan untuk mentransfer bidang studi itu. Ia mempelajari perserta didik,alat-alat yang dapat dipergunakan untuk menarik minat, dan tentu saja mempelejari bagaimana menggunakan alat secara efektif dan efesien.
Bidng studi yang harus diajarkan telah diseleksi sebagai bagain dari kurikulum. Guru harus mempelajarinya dengan seksama, termasuk urutan penyajiannya. Berbagai usaha untuk meningkatkan minat dan mempermuda pencapaian tujuan haruslah dilaksanakan, misalnya alat peraga, warna dinding dan pengaturan cahaya atau fentilasi kelas.
Untuk menghibur orang-orang yang merasa bahwa guru bukanlah seorang aktor atau harus tidak bertindak sebagai aktor, sebaiknya dilihat proses bagaimana dia menjadi seorang aktor yang nyata. Ia memilih mengajar sebagai karier, mengabdi melalui bidang studi tertentu, yang  memerlukan waktu, uang, tenaga, dan harus menguasai bidangnya, serta mengajarkanya kepada orang lain.

17.  Guru Sebagai Emansipator

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami kemampuan peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan rasa tidak senang ke peserta didik tertentu, guru harus mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan pengalaman, pengakuan dan dorongan. Dia tahu pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini guru harus mampu melihat sesuatu yang tersirat disamping yang tersurat, serta mencari kemungkinan pengembangannya.
Untuk memiliki kemampuan yang tersirat, perlu memanfaatkan pengalaman selama bekerja, ketekunan,kesabaran dan tentu saja kemampuan menganalisa fakta yang dilihatnya, sehingga guru ampu mengubah keadaan peserta didik dari status “terbuang” menjadi “dipertimbangkan” oleh masyarakat. Guru telah melakukan fungsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu diuji dengan berbagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri. Ketika peserta didik hampir putus asa, diperlukan ketelatenan, keuletan dan seni motivasi agar timbul kembali keasadaran dan bangkit kembali harapannya.

18.  Guru Sebagai Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran  tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menetapkan tingkat pencapaian tujuan pemebeljaran oleh peserta didik. Oleh karena itu, kemampuan lain yang harus dikuasai guru sebgai evaluator adalah memahami teknik evaluasi baik tes maupun nontes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakterisitk, prosedur, pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa penilaian perlu diakukan secara adil. Prinsip ini diikuti oleh prinsip lain agar penilaian dilakukan secara objektif, karena penilaian yang adil tidak dipengaruhi oleh faktor keakraban (hallo effect), menyeluruh, mempunyai kriteria yang jelas, dilakukan dalam kondisi yang tepat dan dengan instrumen yang tepat pula, sehingga mampu menunjukkan prestasi belajar peserta didik sebagaimana adanya. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan rancangan dan frekuensi yang memadai dan berkesinambungan, serta diadministrasikan dengan baik.
Selain menilai hasil belajar peserta didik, guru harus pula menilai dirinya sendiri, baik sebagai perencana, pelaksana maupun penilai program pembelajaran. Oleh karena itu, dia harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang penilaian program sebagaimana memahami penilaian hasil belajar. Perlu diingat bahwa penilaian bukan merupakan tujuan melainkan alat untuk mencapai tujuan.

19.  Guru Sebagai Pengawet

Salah satu tugas pendidikan adalah mewariskan kebudayaan dari generasi dan generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun masa depan. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan tugas pendidikan yang lain, yaitu pembekalan individu agar mampu berpatisipasi dalam masyarakat dan mampu memberikan sumbangan bagi kehidupan di masa depan. Upaya pelestarian dilakukan melalui pembekalan terhadap calon-calon guru.
Untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu, dikembangkan salah satu sarana pendidikan yang disebut kurikulum, yang secara sederhana diartikan sebagai program pembelajaran. Dengan kurikulum, maka jaminan pengetahuan yang telah ditemukan dan disusun oleh para pemikir pendididkan yang lebih kuat. Dalam perkembangannya kurikulum memiliki sifat yang fleksibel, sehingga memungkinkan perubahan, memungkinkan guru mengembangkan kreativitasnya, memberi peluang untuk penyusaian dengan kebutuhan masyarakat, seperti muatan lokal, desentralisasi dan kurikulum.
Sebagai pengawet, guru harus berusaha mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya, dalam arti guru harus berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepada peserta didik. Oleh karena itu, setiap guru dibekali pengetahuan sesuai dengan bidang yang dipilihnya.

20.  Guru Sebagai Kulminator

Belajar di ruang kelas tidak bersifat insidental, melainkan terencana, artifisial, dan sangat selektif. Guru harus mampu menghentikan kegiatannya pada suatu unit tertentu dan kemudian maju ke unit berikutnya. Untuk itu diperlukan kemampuan menciptakan suatu kulminasi pada unit tertentu dari suatu kegiatan belajar. Kemampuan ini nampak dalam kemampuan menutup pembelajaran, menarik atau membuat kesimpulan bersama peserta didik, melaksanakan penilaian, mengadakan kenaikan kelas dan mengadakan karya wisata.
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Disini peran sebagai kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Melalui rancangannya, guru mengembangkan tujuan yang akan dicapai dan akan dimunculkan dalam tahap kulminasi. Dia mengembangkan rasa tanggung jawab, mengembangkan keterampilan fisik dan kemampuan intelektual yang telah dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui kurikulum.

E.     Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan

1.      Menggunakan Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Kualitas dari pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik. Keterampilan bertanya guru meliputi keterampilan bertanya dasr dan keterampilan bertanya lanjutan.

a.       Keterampilan bertanya dasar

Keterampulan bertanya dasar mencangkup: pertanyaan yang jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan perhatian, pemberian giliran, penyebaran pertanyaan (ke seluruh kelas, kepeserta didik tertentu dan ke peserta didik lain untuk menengapi jawaban, pemberian waktu berpikir, pemberian tuntutan (dapat dilakukan dengan menggunakan pertanyaan lain, menanyakan dengan pertanyaan yang lebih sederhana, dan mengulangi penjelasan sebelumnya).
a.      Pertanyaan yang jelas dan singkat
Pertanyaan perlu disusun secara jelas dan singkat, serta haraus memperhitungkan pengetahuan berpikir dan pembendaharaan kosakata yang dikuasai peserta didik. Usahakan jangan sampai peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan, hanya karna pertanyaan yang panjang dan berbelit-belit.
      Coba bandingkan dua pertanyaan di bawah ini .
a)      Anak-anak, diantara kalian yang ada sekarang , siapa yang tadi pagi tidak menyikat gigi dahulu?
b)      Anak-anak, siapa yang tadi pagi tidak menyikat gigi?
Pertanyaan pertama bisa menyulitkan peserta didik, karena terlalu berbelit-belit, dan bnyak kata atau kalimat yang diulang; sedangkan pertnyaan yang kedua lebih sederhana, jelas, tetapi maksudnya sama.
b.      Memberi acuan
Sebelum bertanya guru hendaknya memberikan acuan berupa informasi yang berkaitan dengan isi pertanyaan kepada siswa. Dengan demikian siswa akan dapat menjawab pertanyaan guru setelah mengolah informasi yang diberikan. Misalnya:
      Binatang ada yang hidup di darat , air, dan udara. Coba sebutkan beberapa contoh binatang yang hidup di air?
c.       Memusatkan perhatian
Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya jangan terlalu luas sehingga membutuhkan jawaban yang luas juga. Pertanyaan yang lebih spesifik dan sempit akan menuntut pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang lebih khusus. Jika yang diajukan adalah pertanyaan yang umum maka usahakan diiringi dengan pertanyaan yang lebih spesifik. Misalnya:
(1) Binatang apa yang didup di udara? Jawabanya bisa bermacam-macam.prtanyaan berikut bisa dipusatkan menjadi. (2) binatang apakah yang hidup di udara tetapi kalau siang bergelantungan di pohon?
d.      Memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan
Pertanyaan yang rumit kadang-kadang tidak mampu dijawab oleh seorang siswa secara lengkap. Untuk itu guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk melengkapinya. Dengan memindah giliran, siswa akan termotivasi untuk memperhatikan jawaban yang diberikan temannya dan memungkinkan timbulnya interaksi antar siswa.
Terdapat perbedaan ataran pemberian giliran dengan penyebaran. Pemberian giliran adalah sutu soal dijawab bergantian oleh beberapa orang peserta didik, sedangkan pada penyebaran masing-masing siswa menjawab pertanyaan yang berbeda.
e.       Pemberian kesempataan berpikir
Dalam mengajukan pertanyaan, guru tidak perlu menunjuk siswa terlebih dahulu. Seyogyanya ajukan pertanyaan, beri waktu kepada siswa untuk berfikir kemudian tentukan atau tunjuk siswa yang akan menjawab pertanyaan itu.
f.        Pemberian tuntunan
Sering terjadi jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan guru tidak sesuai harapan (jawaban salah). Jika terjadi hal seperti ini guru jangan menunggu sampai ada siswa yang menjawab dengan benar karena akan menyita waktu pembelajaran. Guru dapat memberikan gambaran yang bisa menuntun siswa secara bertahap sehingga siswa mampu memberikan jawaban sesuai yang diharapkan.
Langkah-langkahnya seperti berikut:
·         Mengulang pertanyaan dengan cara lain yang lebih sederhana.
·         Mengajukan pertanyaan yang lebih sederhana dengan lebih jelas.
·         Menjelaskan kembali informasi yang berhubungan dengan pertanyaan.

b.      Keterampilan bertanya lanjutan

Keterampilan bertanya lanjut dibentuk atas dasar penguasaan keterampilan bertanya dasar.
Oleh karena itu semua komponen keterampilan bertanya dasar tetap digunakan dan akan selalu berkaitan dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut.
Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah:
1)      Pengubahan tuntutan tingkat kognitif
Perubahan yang dimaksudkan adalah pertanyaan yang diajukan kepada siswa memerlukan perubahan dari tingkat berfikir rendah (kognitif rendah) ke tingkat berfikir lebih tinggi (tingkat kognitif tinggi). Pertanyaan tingkat berfikir rendah biasanya bersifat ingatan, contohnya: apa, berapa, siapa, atau di mana. Pertanyaan tingkat berfikir tinggi bersifat pemahaman, penerapan, analisis/sintesis, evaluasi dan kreasi, contohnya: mengapa, bagaimana, jelaskan, dan sejenisnya.
2)      Pengaturan urutan pertanyaan
Mengatur urutan pertanyaan yang diajukan dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berfikir lebih baik. Guru tidak boleh mengajukan pertanyaan yang menuntut siswa untuk menganalisis, padahal siswa belum bisa menjawab pertanyaan yang bersifat pemahaman. Pertanyaan yang tidak berurut dan tidak teratur hanya akan membingungkan siswa. Oleh karena itu guru hendaknya mengurutkan dan mengatur pertanyaan dari tingkat yang rendah, sedang, kemudian ke tingkat yang lebih tinggi.
3)      pertanyaan pelacak.
Jika siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru tetapi masih bisa dilengkapi lagi, maka guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak yang bisa membimbing siswa untuk mengembangkan jawabannya. Setidaknya ada tujuh teknik pertanyaan pelacak, sebagai berikut:
(1)    Meminta klarifikasi.
Teknik ini digunakan jika jawaban yang diberikan siswa samar/kurang jelas.
(2)    Meminta siswa memberikan alasan.
Jika guru menginginkan siswa untuk membuktikan jawabannya dengan pendapat/pandangan atau alasan memilih jawaban seperti itu maka,  teknik ini dapat digunakan.
(3)    Meminta kesepakatan pandangan siswa.
Guru memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk menyatakan persetujuan atau penolakan serta memberikan alasan-alasannya terhadap suatu pendapat/alasan/pandangan yang diungkapkan oleh seorang siswa (yang menjawab pertanyaan guru) agar diperoleh pandangan yang benar dan dapat diterima oleh kelas.
(4)    Meminta ketepatan jawaban.
Teknik ini digunakan jika jawaban siswa kurang tepat atau kurang sempurna. Dengan memberikan pertanyaan pelacak diharapkan dapat menuntun siswa melengkapi/memperbaiki jawabannya tanpa menimbulkan rasa malu karena sebelumnya kurang tepat memberikan jawabannya.
(5)    Meminta jawaban yang lebih relevan.
Jika jawaban yang diberikan oleh siswa kurang relevan, guru dapat meminta jawaban yang benar dan relevan dari siswa tersebut dengan mengajukan pertanyaan pelacak agar siswa menyadari ketidakrelevanan jawabannya.
(6)    Meminta contoh.
Teknik ini hampir sama dengan teknik meminta siswa memberikan alasan. Di sini siswa diminta memberikan contoh konkret atau memberikan ilustrasi jika jawaban yang diberikan samar.
(7)    Meminta jawaban yang lebih kompleks.
Teknik ini digunakan jika guru menganggap jawaban siswa masih dapat dikembangkan menjadi jawaban yang lebih rumit dan saling berhubungan.
4)      Peningkatan terjadinya interaksi.
Meningkatkan interaksi adalah suatu usaha untuk meningkatkan keterlibatan mental dan intelektual siswa secara maksimal. Peningkatan interaksi dapat dilakukan dengan cara:
·         Menghindari pertanyaan yang hanya dijawab oleh seorang siswa.
·         Mendorong siswa agar mau bertanya.
·         Jika ada siswa yang bertanya, beri kesempatan kepada siswa lain untuk menjawabnya agar terjadi interaksi antarsiswa.

2.      Mengadakan Variasi

Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurasi kebosanan dan kejenuhan.
Variasi dalam pembelajaran ybertujuan :
1.      Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan.
2.      Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.
3.      Memupuk prilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran.
4.      Member kesempatan terhadap peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yakni variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam pengunaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola interaksi , dan variasi dalam kegiatan.
Variasi dalam gaya mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :
·         Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil.
·         Memusatkan perhatian.
·         Membuat kesenyapan sejenak (diam sejenak).
·         Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik.
·         Variasi gerakan badan dan mimic.
·         Mengubah posisi : misalnya dari depan kebelakang, keliling ditengah kelas, dan kebelakang kelas, tetapi jangan mengganggu suaana pembelajaran.
Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar dapat dilakukan sebagai berikut :
·         Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat.
·         Variasi alat dan bahan yang dapat didengar.
·         Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi.
·         Variasi penggunaan sumber belajar yang ada dilingkungan sekitar.
Variasi dalam pola interaksi dapat dilakukan sebagai berikut :
·         Variasi dalam pengelompokkan peserta didik : klasikal, kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan.
·         Variasi tempat kegiatan pembelajaran : dikelas dan diluar kelas.
·         Variasi dalam pola pengaturan guru : seorang guru, dan tim.
·         Variasi pengaturan hubungan guru dan peserta didik : langsung (tatap mata), dan melalui media.
·         Variasi dalam struktur peristiwa pembelajaran : terbuka dan tertutup.
·         Variasi dalam pengorganisasian  pesan : deduktif dan induktif.
·         Variasi dalam pengelolaan pesan : expositorik dan heuristic atau hipotetik.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut :
·         Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran.
·         Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar.
·         Variasi dalam member contoh dan ilustrasi.
·         Variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.

3.      Menjelaskan

Menjelaskan adalah mendiskripsikansecara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hokum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek  penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu keterampuilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar dapat mencapai hasil yang optimal.
      Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan.
·         Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, ditengah maupun di akhir pembelajaran.
·         Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
·         Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar yang sudah direncanakan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
·         Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik.
·         Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen yang harus diperhatikan. Komponen- komponen tersebut dapat dijelaskan sebagian berikut :

a.       Perencanaan

Guru perlu membuat suatu perencanaan yang baik untuk memberikan penjelasan. Sedikitnya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penjelasan, yaitu isi pesan yang akan disampaikan dan peserta didik.
Yang berhubungan dengan isi pesan (materi standar):
·         Tentukan garis besar nmateri yang akan dijelaskan.
·         Susunlah garis besar materi tersebut secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami peserta didik.
·         Siapkan alat peraga untuk memberikan contoh (ilustrasi) yang sesuai dengan garis besar materi yang akan dijelaskan.
Yang berhubungan dengan peserta didik
      Memberikan suatu penjelasan harus dipertimbangkan siapa yang akan menerima penjelasan tersebut, bagaimana kemampuannya, dan kemampuan dasar apa yang telah dimilikinya. Ketika merencanakan penjelasan harus sudah terbanyang kondisi penerima pesan, karena penjelasan berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, dan lingkungan belajar.

b.      Penyajian

Agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dalam penyajiannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
·         Bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak didengar, tidak terlalu keras dan gtidak terlalu pelan,tetapi dapat didengar oleh seluruh peserta didik.
·         Gunakanlah intonasi sesuai dengan materi yang dijelaskan.
·         Gunakanlah bahasaindonesia yang benar dan baik, serta hindarkan kata-kata yang tidak perlu, sperti “eu”, “mm”, “ya ya ya”, “ya toh”.
·         Bila ada istilah-istilah khusus dan baru, berilah definisi yang tepat.
·         Perhatikanlah, apakah semua peserta didik dapat menerima penjelasan, dan apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami serta menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi belajar mereka.
Selain hal-hal diatas, terdapat dua pola yang memiliki efektivitas yang tinggi dalam menghubungkan contoh dan dalil, yaitu :
·         Pola induktif, yaitu diberikan contoh terlebih dahulu kemudian ditarik kesimpulan umum atau dalil (rumus).
·         Pola deduktif, yaitu hokum,rumus atau generalisasi dikemukakan terlebih dahulu, kemudian diberikan contoh-contoh secara rinci untuk memperjelas hokum, rumus atau generalisasi yang telah dikemukakan.
Pola yang digunakan bergantung pada materi pembelajaran, kemampuan, usia dan latar belakang kemampuan peserta didik tentang pembelajaran tersebut. Dalam penggunaan dalil dan contoh ini , ada kata-kata khusus yang biasa  digunakan sebagai kata-kata penghubung dan ungkapan-ungkapan khusus. Untulk mengaitkan ide utama dan yang kurang penting digunakan kata-kata , seperti sementara itu, dalam pada itu, juga, selanjutnya, hanya, oleh karena itu, jadi atau akibatnya. Dengan istilah-istilah tersebut, guru tidak hanya memperjelas penyajian, tetapi sekaligus menekankan keterkaitan atau menunjukan hubungan.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam memberikan penjelasan perlu menggunakan intonasi bahasa sesuai dengan materi yang dijelaskan. Dalam pada itu perlu ada variasi dalam memberikan tekanan, perlu pula member struktur sajian, yaitu memberikan informasi yang memberikan arah atau tujuan utama sajian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara :
·         Memberikan ikhtisar dan pengulangan.
·         Menguraikan atau mengatakan dengan kalimat lain tentang jawaban yang diberikan peserta didik.
·         Memberikan tanda atau isyarat lisan, seperti pertama, kedua, dan sebagainya.
Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru memperhatikan gerak gerik dan mimic peserta didik, apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami atau meragukan, menyenangkan atau membosankan, dan apakah menarik perhatian atau tidak. Untuk kepentingan tersebut, perhatikanlah mereka selama memberikan penjelasan, ajukan pertanyaan-pertanyaan dan berilah kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
      Berdasarkan balikan tersebut, guru perlu menyesuaikan penyajian pembelajaran. Misalnya mengurangi kecepatan bicara, menambah contoh atau ilustrasi, mengadakan pengulangan terhadap hal-hal yang penting, dan dan mengadakan variasi dengan teknik-teknik yang lain untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran.

4.      Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka dan menutup pelajaran merukan kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Agar kegiatan tersebutr memberikan sumbangan yang berarti  terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, perlu dilakukan secara professional.
Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara professional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran, antara lain yang dikemukakan sebagai yang berikut “:
·         Membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Hasil penelitian menunjukan bahwa “ terdapat perbedaan yang berarti antara tujuan pembelajaran yang diberitahukan kepada peserta didik dengan yang tidak”. Oleh karena itu dalam membuka pelajaran  hendaknya guru memberitahukan tujuan yang akan dicapai dengan pembelajaran yang akan disajikannya.
·         Peserta didik memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas, dan batas waktu pengumpulan tugas.
·         Peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai pendekatan yang akan diambil dalam mempelajari materi pembelajaran dan  mencapai tujuan yang dirumuskan.
·         Peserta didik memahami antara bahan-bahan atau pengalaman yang telah dimilikinya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
·         Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip atau generalisasi dalam suatu peristiwa pembelajaran.
·         Peserta didik mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan terhadap bahan yang dipelajari. Sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau keefektifan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Membuka pelajran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan dan sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajiakn. Untuk kepentingan tersebut, guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai yang berikut :
·         Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan.
·         Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis beras materi yang akan dipelajari .
·         Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
·         Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang disajikan.
·         Mengajukan pertanyaan, baik  untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajangi kemampuan awal berkaitan  dengan bahan yang akan dipelajari.
Menutup pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap  materi yang telah dipelajari, serta mengahiri kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan sebagai yang berikut :
·         Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari .
·         Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan.
·         Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang akan dipelajari, dan tugas-tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan pokok bahasa yang telah dipelajari.
·         Memberikan post tes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan.
Agar kegiatan membukan dan menutup pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan berhasil guna perlu memperhatikan komponen-komponen  yang terkait didalamnya. Komponen-komponen yang berkaitan dengan membuka pelajran meliputi : menarik minat peserta didik, membangkitkan motivasi, member acuan, dan membuat kaitan.

a.       Menarik perhatian peserta didik

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik perhatian peserta didik terhadap pelajaran yang akan disajikannya. Antara lain dapat dilakukan melalui gaya mengajar guru, menggunakan media dan sumber pembelajaran yang bervariasi, dan menggunakan pola interaksi belajar-mengajar yang bervariasi. Ketiga hal tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan tentang kemampuan mengadakan variasi.

b.      Membangkitkan motivasi

Paling sedikit terdapat empat cara yang dilakukan oleh guru  untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik, yaitu : kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memperhatikan minat peserta didik.

c.       Kehangatan dan semangat

Guru hendaknya memiliki sifat yang ramah, penuh semangat, dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta didik. Sikap demikian akan membangkitkan motivasi belajar, rasa senag, dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran  dan mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya,

d.      Membangkitkan rasa ingin tahu

Untuk membangkitkan ingin tahu dalam diri setiap peserta didik, guru dapat melakukan berbagai kegiatan, antara lain bercerita, yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan, mendemonstrasikan suatu peristiwa,. Kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan berbagai pertanyaan berkaitan dengan apa
1)      Mengemukakan ide yang bertentangan
Ide yang bertentangan dapat dikemukakan oleh guru pada semua tingkatan kelas, namun tentu saja perlu disesuaikan dengan tingkatan kelas tersebut.
2)      Memperhatikan minat belajar peserta didik
Agar dapat membangkitkan motivasi belajar, maka apa yang disajikan sesuai dengan peserta didik. Setiap individu, khususnya peserta didik memiliki minat yang berbeda namun demikian ada minat minat umum yang perlu diperhatikan guru untuk membangkitkan motivasi belajar sesuai dengan faktor faktor yang mempengaruhinya ( seperti usia, jenis kelamin, lingkungan, dsb).

e.       Memberikan Acuan

      Abimanyu dan Raka Joni (1982) mengemukakan bahwa memberi acuan adalah usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang ditempuh dalam mempelajari materi.
Memberikan acuan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
1)      Mengemukakan tujuan dan batas tugas
Untuk memulai pelajaran, guru sebaiknya mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas tugas yang harus dikerjakan peserta didik.
2)      Menyarankan langkah langkah yang akan dilakukan.
Guru memberikan saran mengenai langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan, contoh dengan memberikan contoh.
3)      Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, misalnya guru mengingatkan mengenai hal-hal positif dan sifat mengenai suatu konsep dan sebagainya, guru juga bisa mnegingatkan hal-hal negatif seperti suatu konsep yang kurang lengkap.
4)      Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan sebelum pelajaran dimulai akan mengarahkan peserta didik terhadap isi pelajaran yang akan dipelajari.

f.        Membuat kaitan

      Guru dapat membuat kaitan dalam pelajaran dengan mengaitkan antara materi yang akan disampaikan dengan materi sebelumnya, minat, pengalaman dan kebutuhan peserta didik. Caranya adalah:
·         Pengajukan pertanyaan apersepsi
·         Mengulas sepintas materi sebelumnya
·         Mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan  sekitar peserta didik.
·         Menghubungkan bahan elajaran yang sejenis berurutan, misal burung, itik ayam, dapat dihubungkan untuk mempelajari menganai unggas
Menutup pelajaran dilakukan pada akhir pelajaran. Kegiatan yangdilakukan untuk menutup pelajaran antara lain sebagai berikut:
1)      Meninjau kembali
Meninjau kembali pelajaran yang telah disampaikan dapat dilakuakn dnegan cara merrangkum atau membuat kesimpulan yang berdasarkan tujuan pembelajaran itu sendiri yang dilakukan untuk memantapkan materi yang telah disajikan.
2)      Mengevaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang dilakuan dan mengetahui apakah tujaun dari pembelajaran dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran.
3)      Tindak lanjut
Tindak merupakan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dilakuakn.  Hal ini dilakukan agar terjadi pemantapan pada diri peserta didik terhadap pencapaian tijuan pembelajaran yang etlah dirumuskan.

5.      Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah.
Hal-hal yang diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah sebagai memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, memperluas masalah, menganalisis pandanagn peserta didik, meningkatkan partisipasi peserta didik, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi, dan menutup diskusi.
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang sering digunakan. Diskusi kelompok kecil memiliki karakteristik:
·         Melibatkan 3 sampai 5 orang dalam setiap kelompok
·         Berlangsung secara informal agar peserta dapat berkomunikasi dengan peserta lain.
·         Memiliki tujuan
·         Berlangsung secara sistematis.
Melalui diskusi kelompok kecil memungkinkan peserta didik dapat:
·         Berbagi informasi dan pengalaman dalm memecahkan masalah
·         Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajaran
·         Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
·         Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomusikasi
·         Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang koheren dan bertanggung jawab.
Keterampilan yang harus dimiliki oleh pemimpin diskusi adalah:
·         Memusatkan perhatian yang dapat dilakukan dengan cara merumuskan tujuan diskusi secara jelas, merumuskan masalah kembali jika terjadi penyimpangan, menandai hal hal yang tdak relevan dengan topik diskusi, merangkum hasil pembcaraan
·         Memperjelas masalah melalui penguraian masalah dan merangkum pendapat peserta, mengajukan pertanyaan kepada seluruh anggota kelompok tentang pendapat setiap kelompok
·         Menguraikan setiap gagasan  anggota kelompok
·         Meningkatkan urunan peserta didik dengan cara mengajukan pertanyaan kunci yang menantang, memberi contoh secara tepat, memberi waktu berfikir,
·         Menyebarkan kesempatan berpartisipasi melalui memancing pendapat peserta yang kurang berpartisipasi, mendorong peserta lain untuk mengomentari pendapat seorang peserta, meminta pendapat peserta lain saat terjadi kebuntuan.
·         Menutup kegiatan diskusi dengan merangkum hasil diskusi, tindak lanjut, menilai proses diskusi yang telah dilakukan
Hal yang perlu dipersiapkan guru antara lain (1) topik yang sesuai (2) pembentukan kelompok secara tepat (3) pengaturan tempat duduk sehingga memungkinkan semua peserta berpartisipasi

6.      Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan suasana pelajaran yang kondusif
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas antara lain (a) kehangatan keantusiasan (b) tantangan (c) bervariasi (d) luwes (e) penekanan pada hal-hal positif dan (f) penanaman disiplin diri
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut

a.       Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal

·         Menunjukan sikap tanggap
·         Membagi perhatian secara visual dan verbal
·         Memusatkan perhatian kelompok
·         Memberi petunjuk kelas
·         Memberui teguran secara bijaksana
·         Memberi penguatan ketika diperlukan

b.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal

Ø  Modifikasi perilaku
·         Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan
·         Meningkatkan perilaku yang baik melalui pengkatan
·         Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman
Ø  Pengelolaan kelompok
·         Peningkatan kerjasama dan keterlibatan
·         Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul
Ø  Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah
·         Pengabaian yang direncanakan
·         Campur tangan dengan isyarat
·         Mengawasi secara ketat
·         Mengakui perasaan negatif peserta didik’
·         Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya
·         Menjauhkan benda benda yang daat mengganggu konsenterasi
·         Menyusun kembali program belajar
·         Menghilangkan ketegangan dengan humor
·         Mengekang secara fisik

7.      Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru untuk memberikan perhatian kepada semua peserta didik dan menjalin hubungan yang lebih akrab dengan peserta didik
Meterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan cara
·         Mengembangkan ketermpilan dalam pengorganisasian dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas
·         Membimbing dan memudahkan belajar yang mencakup penguatan proses awal , supervisi, dan interaksi pembelajaran
·         Perencanaan penggunaan ruangan
·         Pemberian tugas yang jelas, menantang, dan menarik



DAFTAR PUSTAKA

Mulyas. E. 2008. menjadi guru Profesional. Bandung:PTRemaja Rosda Karya.
Jupri. Wahab. . 2010. Belajar dan Pembelajaran Sains. Lombok Barat: Arga Puji Press.


Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama