Lahirnya Boedi Oetomo
Pendidikan merupakan kunci untuk kemajuan. Itulah yang dipercayai dr. Wahidin Soedirohoesodo. Sehingga pada akhir 1907 ia diundang oleh Soetomo dan Soeradji, siswa-siswa Sekolah Kedokteran Batavia atau School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) untuk berceramah. Di sana ia mengungkapkan gagasannya untuk mewujudkan sebuah lembaga beasiswa studiefonds bagi pemuda bumiputra agar dapat melaksanakan studinya dengan baik. Dalam suatu diskusi Wadihin membicarakan gagasan-gagasan dan penjelasan secara umum tentang masa depan kebangsaan serta perlunya agen-agen perubahan (agents of change) untuk mempelopori pembangunan kebangsaan.Mendengar gagasan-gagasan- itu, Soetomo dan Soeradji memiliki keinginan mendirikan suatu perkumpulan yang selaras dengan gagasan dan ide Wahidin di STOVIA. Untuk merealisasikan pembentukan perkumpulan tersebut, Soetomo dibantu rekan-rekannya yaitu, Soeradji, Goenawan Mangoenkoesoemo, Soewarno, Mohammad Saleh dan Soelaeman.
Para pemuda seperti Soetomo (usianya baru 20 tahun), bersama mahasiswa dari sekolah-sekolah di Jawa berkumpul di sebuah ruang kelas untuk mengadakan rapat. Dan di sanalah mereka membidani lahirnya Boedi Oetomo (BO).
Mengapa nama yang dipilih untuk perkumpulan itu BO? Ternyata nama itu bermakna "berbudi luhur" (dalam bahasa Jawa). Nama ini diambil dari usulan Soeradji dari kata-kata Soetomo sendiri saat mengomentari ceramah dokter Wahidin: "Puniko setunggalipun padamelan sae sarta nelakaken budi utami!" Yang bermakna, itu salah satu perbuatan yang baik dan menunjukkan keluhuran budi.
Ternyata untuk melakukan perbuatan baik, tidak selamanya mendapat dukungan. Bahkan membutuhkan pengorbanan. Aktivitas perkumpulan Soetomo dan kawan-kawannya mendatangkan masalah. BO ternyata tidak sepenuhnya diterima oleh guru-guru STOVIA. Bahkan Soetomo hampir dikeluarkan karena dituduh hendak melawan pemerintah. Namun kawan-kawan seperjuangannya ikut memberikan solidaritas mereka dengan mengancam akan keluar sekolah bila Soetomo "dipecat" sebagai siswa.
Tetapi...